Jumat, 11 Maret 2011

ketika jiwaku mati .



ketika semua tampak redup
ketika aku tak bisa lagi melihat
ketika ia tak lagi mau mengenaliku
ketika ia tak mau memahamiku

ketika pagi tampak suram
ketika malam tampak gulita
ketika angin enggan berhembus
ketika bumi menangis

ketika itu...
hati menangis
dada bergetar
jiwa terhenyak

ketika itu...
mutiara suci mengalir
desahan resah yang terdengar
melodi sedih sebagai pengiring

ketika hati tak bisa lagi bersatu
ketika cinta tak lagi saling percaya
ketika caci menjadi yang utama
ketika kata sayang tinggal kenangan

ketika dua insan harus berpisah
ketika tak terdengar lagi suara lembutnya
ketika tak ada lagi belai kasihnya
ketika hilang sosoknya

ketika itu...
aku terbata
aku sesak
ketika itu pula
jantungku berhenti

menangisi pusara merah .



tubuhku pasif
tak mampu bergerak
hatiku beku, pilu
mataku panas
airnya tak henti mengalir
tanganku memeluk
memeluk gundukan merah
jiwaku berontak
ingin ku susul ia
ingin ku temaninya

sayang, kenapa kau harus pergi?
kau tinggalkanku dalam sepi
tinggalkanku seorang diri
aku rindu, sayang
aku rindu
aku cinta, sayang
aku cinta

jiwaku menjerit
ia berontak
ia tak suka sepi
ia masih ingin bersama
kenapa kau pergi, sayang?
apa yang kau lakukan dalam pusara itu?

Tuhan, bukankah kau penyayang?
kenapa kau ambil dia?
kenapa kau biarkan aku sepi?
kenapa tak ada perpisahan yang berarti?
kenapa harus secepat ini, Tuhan?

sekejap kami bersama
sekejap kami rasakan cinta
tiba-tiba ada yang hilang
yang terpenting dari jiwa
tiba-tiba ada yang mati
itu hatiku, yang terlalu beku

di atas pusara merah
aku menangis
aku memeluk
aku menjerit
aku meronta
aku ingin kau kembali
aku ingin bersamamu

oh, Tuhan
sayangilah aku
sayangilah dia
Tuhan, temani aku setelah ia tak ada
Tuhan, temani ia setelah pisah denganku
Tuhan, temani kami
di dunia yang tak lagi sama